Diskusi Strategi Pelabuhan Perikanan Tangkap di Masa Pandemi

Pelabuhan perikanan merupakan kawasan yang sangat strategis dalam sistem perikanan tangkap. Pelabuhan tidak hanya sebagai pusat penangkapan ikan, namun juga sebagai pusat industri, bisnis, dan perdagangan serta pusat kegiatan ekspor perikanan. Saat masa pandemi COVID-19 ini, pelabuhan perikanan menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi penangkapan dan kegiatan pasca panen maupun kegiatan-kegiatan supply demand. Masa pandemi ini mempengaruhi para stakeholder seperti nelayan, pengusaha dan konsumen sehingga diperlukan strategi untuk menghadapinya.

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University berupaya memberikan solusi mengenai tantangan tersebut melalui webinar 3rd Voice For Fisheries, (13/6).

Direktur Pelabuhan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Ir Frits P Lesnussa, MSi mengatakan bahwa titik kritis yang dialami industri sub sektor perikanan tangkap adalah risiko pemasaran hasil tangkap. Dengan adanya kebijakan pengelolaan pelabuhan perikanan atas potensi risiko berjenjang terhadap usaha perikanan tangkap, ia berharap hal tersebut akan menjadi stimulus bagi nelayan yang terdampak.

“Masalah utamanya adalah pemasaran atas supply yang cenderung tetap, sistem perdagangan dan pemasaran harus dijadikan fokus utama akibat dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau karantina skala daerah sehingga berdampak pada penurunan intensitas perdagangan secara langsung,” ujarnya.

Selain itu pembiayaan operasional nelayan juga menjadi masalah lain sehingga Ditjen Perikanan Tangkap menerbitkan relaksasi kebijakan bagi nelayan yang terdampak serta memberikan bantuan dalam bentuk Bakti Nelayan untuk menjaga kontinuitas industri perikanan tangkap.

Sementara itu, menurut Ir Tri Aris Wibowo, MSi selaku Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, pengelolaan PPS Bitung selama pandemi didasari oleh kebijakan operasional antisipasi dampak COVID-19. Kebijakan tersebut terbagi menjadi dua yaitu pada aspek pemerintahan sesuai amanah permenKP No 8. Th 2012 tentang Pelabuhan Perikanan dan Aspek Pengusahaan, umumnya pelayanan fasilitas. Adapun dari aspek ekonomi, hasil tangkapan nelayan dipromosikan melalui media sosial untuk menjaga cash-flow karena karakteristik nelayan tidak berubah semasa pandemi, sehingga hasil produksi dalam jumlah yang tetap serta menyinggung sedikit aspek kesehatan seperti melakukan protokol kesehatan di 21 titik pelabuhan.

“Namun, terdapat kendala yang dihadapi berupa faktor internal akibat kebijakan Work From Home sehingga aktivitas pelabuhan tidak dapat berjalan maksimal serta faktor eksternal yaitu para stakeholder yang belum disiplin menerapkan protokol kesehatan serta kebijakan Pemkot yang lebih fokus ke pelabuhan niaga dibanding lokal,” imbuhnya.

H Supeno sebagai pengusaha kapal ikan dan cold storage di Pati memperkuat argumen dimana pemasaran hasil tangkapan ikan menjadi masalah utama semasa pandemi. Menurutnya, kapasitas cold storage sebesar 2000 ton masih belum mampu untuk menampung hasil produksi yang tetap berlanjut. Dengan adanya kebijakan normal baru, jumlah dan jarak anak buah kapal (ABK) harus dibatasi sehingga pengusaha banyak yang mengalami kesulitan. Ia berharap agar pemerintah membuat kebijakan yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Dr Iin Solihin sebagai Sekretaris Departemen PSP pun turut memberikan tanggapan mengenai pengelolaan pelabuhan di tengah pandemi COVID-19. Menurutnya permasalahan utama pendapatan nelayan mengalami penurunan rata-rata hingga 50 persen di beberapa daerah. Contohnya Lamongan dan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Nelayan miskin dan rentan miskin mengalami kerugian yang signifikan, berdampak pada kekurangan modal perbekalan hingga produktivitas secara keseluruhan akan menurun.

Kedua, adalah permasalahan supply-demand dimana supply tinggi namun demand masih rendah. Ketiga persoalan logistik ikan, terutama saat pandemi biaya logistik relatif besar akibat adanya keterkaitan sangat erat antara pasokan dari hulu penangkapan ikan hingga pengolahan.

Ia turut merekomendasikan strategi jangka pendek berkenaan mengurangi pemiskinan nelayan yang sebagian telah dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari bantuan langsung hingga pendampingan manajemen usaha berdasarkan riwayat hasil produksi dan aktivitas perikanan itu sendiri. Serta solusi pengembangan logistik perikanan dimana pelabuhan diberlakukan sebagai simpul-simpul logistik karena saat ini antar pelabuhan belum beroperasi dan berhubungan dengan baik.

“Sehingga barangkali nanti praktik-praktik yang baik ini selama pandemi boleh jadi setelah pandemi ini berakhir dapat kita lanjutkan kembali contoh misalkan seperti penyederhanaan perijinan,” ungkapnya.

Dalam akhir pembahasannya ia juga mengharapkan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan perikanan berbasis wilayah. (MW/Zul)

Keyword: Nelayan, Pandemi COVID-19, Departemen PSP, FPIK, IPB University

Resources: https://kumparan.com/news-release-ipb/diskusi-strategi-pelabuhan-perikanan-tangkap-di-masa-pandemi-1tcZR9qs01E/full

Pelatihan Daring Seri 1: “Teknik-Teknik Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap”

Perikanan merupakan sebuah sistem, dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi.
Berbagai persoalan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, seperti alokasi sumberdaya, suplai chain, mutu, traceability, manajemen usaha, penyusunan program/kebijakan, perumusan strategi/langkah tindakan, pengambilan keputusan, implementasi program/kebijakan perlu diterapkan teknik atau metode yang tepat untuk menganalisisnya. Teknik-teknik analisis yang merupakan teknik manajemen pada bidang perikanan maupun pada bidang yang bersifat umum dapat diterapkan untuk perencanaan maupun optimalisasi dalam pengelolaan perikanan tangkap.
Teknik-teknik analisis tersebut di atas telah dipelajari di dalam perkuliahan dan telah tercantum dalam struktur kurikulum program studi bidang perikanan tangkap di program sarjana maupun pasca sarjana di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Teknik-teknik analisis tersebut juga telah diterapkan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi pengolaan perikanan tangkap dalam praktek nyata di Indonesia. Bagi para pemula yang baru mau berkiprah atau terjun dalam praktek nyata pengelolaan perikanan tangkap, pengetahuan ini sangat penting untuk didalami dan tentu saja pengaplikasian tidak mudah.
Dalam kerangka tersebut di atas, Divisi Sistem dan Kebijakan Perikanan Tangkap Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) FPIK IPB memberikan pelatihan terkait teknik-teknik analisis untuk pengelolaan perikanan tangkap. Pelatihan didukung oleh Forum Mahasiswa Teknologi Perikanan Laut. Pelatihan ini diselenggarakan melalui platform Zoom Cloud Meeting. Pelatihan akan dilakukan dalam 2 seri. Pelatihan series pertama telah dilakukan pada hari Senin sampai Rabu, 18-20 Mei 2020. Narasumber dalam pelatihan yaitu Prof Dr Eko Sri Wiyono, MSi, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi, dan Prof Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi. Pelatihan ini dipandu oleh P. Ika Wahyuningrum sebagai moderator. Pelatihan series kedua akan dilakukan pada tanggal 2-4 Juni 2020, dengan menghadirkan narasumber Dr. Ir Budy Wiryawan, MSc, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi, dan Prof Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi. Materi pelatihan meliputi teknik analisis input-output control, sistem manajemen rantai pasok, traceability, balanced scorecard, analytical hierarchy process dan interpretative structural modelling. Peserta pelatihan adalah mahasiswa pascasarjana dari program studi perikanan tangkap, alumni yang bekerja di bidang perikanan tangkap, akademisi, peneliti dari berbagai instansi di Indonesia, dan umum. Pelatihan series pertama diikuti oleh 50 peserta mendaftar dan hadir….peserta.
Pada hari pertama, Prof Eko menyampaikan materi teknik analisis input-output control. Dalam pemaparannya, Prof Eko menyampaikan bahwa kontrol input (input control) merupakan teknik tindakan manajemen dalam pengelolaan perikanan melalui pengaturan terhadap unsur masukan ke perikanan, diantaranya meliputi pengaturan jumlah kapal, jumlah alat tangkap, intensitas kapal di laut, jumlah trip, dan jumlah nelayan. Sementara kontrol output (output control) merupakan tindakan manajemen dalam pengelolaan perikanan melalui pengaturan terhadap unsur keluaran, diantaranya meliputi pengaturan hasil tangkapan yang diperbolehkan (total allowable catch/TAC) dan kuota (individual quota).
Dr Sugeng menyampaikan materi manajemen rantai pasok pada hari kedua. Rantai pasok berkaitan erat dengan fungsi operasi dalam suatu organisasi bisnis sebagai jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerjasama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir. Aliran rantai pasok terdiri dari aliran fisik, aliran pembayaran dan aliran informasi. Pada pelatihan ini diberikan contoh teknik menghitung pasokan barang dengan aplikasi Microsoft Excel dan LINDO.
Pelatihan hari ketiga membahas mengenai balanced scorecard oleh Prof Tri Wiji. Balanced scorecard merupakan sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Teknik balanced scorecard merupakan teknik manajemen untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja organisasi atau perusahaan. Pengukuran kinerja berbasi balanced scorecard telah banyak digunakan, diantaranya di institusi IPB. Teknik ini juga telah digunakan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) di Indonesia. Narasumber juga memberikan contoh aplikasi penyusunan balanced scorecard dengan 15 tahapan.
Peserta antusias mengikuti pelatihan, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta pelatihan diberikan tugas untuk seluruh topik yang dibahas sebagai indikator capaian dari pelatihan yang telah mereka ikuti.

 

-Tim Humas PSP-

1 10 11 12 13 14 24