Pentingnya Mempromosikan Teknik Analisis untuk ‘Data-limited’ Fisheries for Capture Fisheries Management

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB menjadi tuan rumah dalam acara C-Round Table Discussion (C-RTD) dengan judul “Poor-data for Capture Fisheries Management”, Kamis 26 Juli 2018 di Ruang Diskusi Internasional FPIK IPB . Acara ini merupakan kerjasama antara Departemen PSP FPIK IPB, Murdoch University – Australia, University of British Colombia – Canada, dan Balai Riset Perikanan Laut – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. C-RTD ini dihadiri juga oleh perwakilan lembaga swadaya masyarakat: WCS Indonesia, WWF Indonesia, EDF/YBUL, dosen di lingkungan FPIK IPB serta mahasiswa program sarjana dan pascasarjana di FPIK IPB.

Penggagas acara ini, Dr. Budy Wiryawan MSc menyatakan bahwa acara ini merupakan lanjutan beberapa kegiatan yang pernah dilaksanakan sebelumnya tentang penggunaan ‘poor-data’ fisheries untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan. Lebih lanjut Dr. M. Fedi A. Sondita MSc selaku moderator menambahkan bahwa training yang telah dilakukan pada tahun 2015 tentang metode analisis untuk ‘poor-data’ fisheries telah diaplikasikan oleh beberapa pihak, termasuk riset mahasiswa program pascasarjana, dan melalui diskusi kita akan membahas perkembangan terkini dan strategi untuk menyebarluaskan teknik dan penerapan  analisis untuk ‘poor-data’ fisheries.

Prof Neil N. Loneragan, Professor of Marine Ecology and Conservation dan Ketua Cluster Environmental and Conservation di Murdoch University memberikan pengantar diskusi yang berjudul ‘Data-limited’ Fisheries: Significance, challenges and approaches to assessing stocks and evaluating management strategies (MSE).  Presentasi ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan ‘data-limited’ fisheries, contoh-contoh kasus dalam dunia perikanan di Indonesia dan Australia serta penelitian-penelitian mahasiswa yang dibimbing oleh beliau baik yang berlokasi di Indonesia maupun Australia.

Selanjutnya Dr. Adrian Hordyk, fisheries scientist dari Institute for the Oceans and Fisheries, University of British Columbia Canada, mempresentasikan tentang Management Strategy Evaluation for ‘data-limited’ fisheries: Identifying Robust Management Methods.  Pada sesi ini Dr. Adrian Hordyk menegaskan bahwa lebih dari 90% data perikanan di dunia terkategori ‘data-limited’ dan beliau menjelaskan tentang bagaimana mengatur stock ikan dengan ‘data-limited’ tersebut. Lebih jauh beliau juga mengatakan bahwa pengaturan stock tersebut dapat dilakukan dengan Management Strategy Evaluation (MSE) dan beliau memperkenalkan sebuah tools untuk pengaturan tersebut yaitu DLMtool. DLMtool: Data-Limited Methods toolkit, sebuah model berbasis R software yang didesain agar MSE dapat digunakan untuk ‘data-limited’ perikanan.

Setelah itu, Tri Ernawati MSi mempresentasikan tentang pengalaman beliau melakukan penelitian menggunakan ‘data-poor’ perikanan untuk menghitung stok rajungan (Blue Swimming Crabs). Penelitian tersebut dilakukan di empat daerah yang berbeda di Pantai Utara Jawa yaitu Cirebon, Demak, Rembang dan Sumenep dengan mengumpulkan data bulanan dari nelayan rajungan yang ada di lokasi penelitian dengan sampel lebih dari 10.000 ekor rajungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter pertumbuhan bervasiasi pada masing-masing lokasi.

Terakhir, Shinta Yuniarta, MSi mewakili Departemen PSP FPIK IPB menyajikan penelitian terhadap perikanan tuna yang tergolong ‘data-limited’ karena karakteristiknya yang kompleks. Penelitian tersebut telah dipublikasikan di Jurnal Internasional Fisheries Research yang berjudul “Uncertainty in catch/effort data of small and medium-scale tuna fisheries in Bitung, Eastern Indonesia”. Hasil penelitian tersebut memperkirakan bahwa ikan yang ditangkap armada kapal ikan skala kecil dan menengah yang aktif di perairan Indonesia mencapai 33-38% lebih tinggi dari yang dilaporkan. Porsi tangkapan yang tidak dilaporkan serta sumber dan kisaran ketidakpastian bervariasi tergantung pada jenis alat tangkap yang digunakan. Beliau merancang metodologi untuk memperkirakan jumlah tangkapan yang tidak dilaporkan dalam perikanan skala kecil dan menengah.

Saat plenary session, peserta yang hadir mendiskusikan jenis spesies prioritas dan lokasi untuk penelitian mendatang, serta aksi bersama untuk penerapan teknik-teknis analisis yang disajikan dan peningkatan kapasitas berbagai pihak, baik kalangan akademisi dan LSM maupun pemerintahan.

Acara ini ditutup oleh Dekan FPIK IPB, Dr. Luky Adrianto MSc. Beliau menegaskan kembali tentang kompleksitas sistem manajemen perikanan dan pentingnya promosi tentang pendekatan penelitian menggunakan ‘data-limited’ perikanan. [IKA, FED].