Dosen IPB University Memperkenalkan Cara Memanfaatkan Ikan Rucah menjadi Tepung Ikan untuk Meningkatkan Kandungan Protein Produk Makanan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Penulis : Tri Wiji Nurani

(Kebumen, 25/7/24) – Dosen IPB University, Prof. Tri Wiji Nurani, bersama dengan Mahasiswa KKN-T IPB 2024 mengadakan sosialisasi pemanfaatan ikan rucah menjadi tepung ikan untuk memperkaya kandungan protein pada produk makanan di Desa Srati, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Peserta kegiatan adalah Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Srati.

Sosialisasi ini bertujuan mengenalkan dan meningkatkan pemahaman masyarakat untuk dapat memanfaatkan ikan rucah seperti jenis ikan lea yang banyak tertangkap oleh nelayan Kebumen agar menjadi produk yang bernilai ekonomi. Selama ini, ikan rucah dianggap sebagai limbah karena memiliki nilai komersial yang rendah, sehingga seringkali dibuang atau ditimbun saat musim puncak penangkapan ikan, nelayan lebih memfokuskan pada ikan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan bawal putih, udang dan lobster.

Tri Wiji menjelaskan bahwa pemanfaatan ikan rucah menjadi tepung ikan dapat meningkatkan nilai tambah dan dapat digunakan untuk pengayaan protein pada produk makanan, seperti yang  sudah dihasilkan dari Riset Kolaborasi Nasional dengan Tim: Tri Wiji Nurani, Retno Muninggar, Julia Eka Astarini Dosen Departemen PSP FPIK IPB, Rianti Dyah Hapsari Dosen Vokasi IPB, Ririn Irnawati Dosen Untirta, dan Sri Hartati peneliti BRIN.  Pengayaan protein dari tepung ikan pada produk makanan sudah diujicobakan pada produk lanting sebagai produk unggulan lokal Kabupaten Kebumen.

Proses pembuatan tepung ikan dari ikan rucah mencakup beberapa tahap yaitu mulai dari penyiangan, pencucian, perebusan. Setelah direbus, ikan dioven dan dilanjutkan digiling dengan mesin penggiling sampai halus menjadi tepung. Tahap akhir adalah pengayakan, untuk memastikan tepung ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang halus.

Pada sesi tanya jawab, salah satu peserta bertanya terkait dengan jenis ikan apa saja yang bisa dibuat menjadi tepung ikan. Pada dasarnya semua jenis ikan bisa diolah menjadi tepung ikan, hanya saja program ini adalah dalam rangka memanfaatkan ikan yang selama ini banyak terbuang. Ibu Tarwiyah, Ketua Penggerak PKK Desa Srati menyambut baik kegiatan ini dan akan mempraktekkan membuat tepung ikan dalam lingkup keluarga. Tepung ikan yang dibuat akan ditambahkan pada produk-produk makanan yang mereka konsumsi.

Tri Wiji menambahkan bahwa, Kabupaten Kebumen menghasilkan produksi ikan rucah yang cukup banyak dan selama ini belum dimanfaatkan dengan baik. Sementara itu, masih ada balita dengan kondisi stunting di kabupaten ini.  Pemanfaatan ikan rucah menjadi tepung ikan untuk pengkayaan protein pada produk makanan, khususnya untuk konsumsi balita diharapkan akan dapat menjadi salah satu solusi untuk pencegahan stunting di Kabupaten Kebumen.

 

Tim Dosen Pulang Kampung PSP IPB University Latih Stakeholder Perikanan Tanjung Luar NTB Atasi Masalah Sampah Kepelabuhanan

Tim dosen pulang kampung IPB University yang terdiri dari Dr. Mustaruddin (Ketua), Dr. Iin Solihin, Prof. Gondo Puspito, dan Dr. Fis Purwangka melatih dan mensosialisasikan teknologi insenerator tepat guna kepada stakeholder perikanan di kawasan PPI Tanjung Luar, NTB. Tujuannya agar nelayan, pengolahan/pedagang ikan, dan pelaku usaha pendukung mampu mengatasi permasalahan sampah aktivitas perikanan yang terus meningkat. Agenda utama kegiatan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli dan 1 Agustus 2024. Kegiatan juga melibatkan mitra dari Kelompok Nelayan Pesisir Bangsal, Lembaga Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Tanjung Luar, Kelompok Pemuda Masbagik, dan unsur pengelola pelabuhan perikanan.

Ada tiga tahapan yang dikembangkan dalam pelatihan dan sosialisasi, yaitu review aktivitas perikanan ramah lingkungan, pengendalian lingkungan dan potensi limbah padat pelabuhan perikanan, serta inovasi teknologi insenerator tepat guna. Pada tahap review aktivitas perikanan, diterangkan bahwa penangkapan ikan yang dilanjutkan dengan pendaratannya di pelabuhan merupakan penentu timbulnya berbagai aktivitas ekonomi perikanan dan jasa pendukung.  Oleh karena itu keberadaan ikan tersebut perlu dipertahankan melalui praktek-praktek penangkapan ikan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

Terkait lingkungan pelabuhan, pengendaliannya dapat meminimalisir risiko pencemaran terhadap mutu ikan, mengurangi biaya penanganan limbah, dan memberi kenyamanan kepada semua pelaku usaha di pelabuhan.  Potensi limbah pelabuhan dan bahayanya akan terus meningkatkan tatkala abai terhadap kebersihan, ketertiban, dan penanganan sampah-sampah yang timbul dari aktivitas perikanan. Inovasi insenerator tepat guna bisa menjadi solusinya.

Insenerator adalah teknologi maju yang sebenanrnya dapat diusahakan secara mandiri oleh stakeholder perikanan. Insenerator dapat dibuat dari bahan-bahan sisa yang banyak tersedia di masyarakat seperti drum bekas, sisa pipa, plat logam, dan tungku pemanas bekas. Untuk menghasilkan panas yang tinggi, teknik pembakarannya dipilih yang tertutup penuh (closed combustion). Struktur drum yang melingkupi dan berurat memudahkan pengembangan teknik ini.  Teknik closed combustion dapat meningkatkan panas bakar hingga 800-1200oC, dan ini sangat membantu untuk mengolah sampah pelabuhan perikanan yang biasanya basah, banyak sisa/potongan ikan, sisa jaring, fiber, dan plastik kemasan.

Insenerator tersebut dapat dikembangkan skala kecil, misalnya skala kelompok nelayan, kelompok pedagang ikan, dan kelompok warung kelontong di pelabuhan perikanan.  Jika nantinya berkembang, dapat dipasang turbine generator untuk menghasilkan energi listrik tenaga sampah yang berguna bagi pelaku usaha di PPI Tanjung Luar dan masyarakat sekitar.

 

 

1 3 4 5 6 7 45